Minggu, 13 Januari 2013

Fenomena Tanah Abang


Fenomena Kehidupan Tanah Abang
                   
Kompleks Pasar Tanah Abang merupakan salah satu objek sejarah di Ibukota. Mengutip buku 250 Tahun Pasar Tanah Abang yang diterbitkan PD Pasar Jaya pada 1982, Tanah Abang tidak terlepas dari sejarah Kota Jakarta. Memang sampai saat ini belum diketahui secara pasti asal nama Tanah Abang, karena belum ada sumber sejarah tertulis mengenai penemuan nama tersebut.

Nama Tanah Abang mulai disebut-sebut pada pertengahan abad ke-17, sehingga banyak orang memperkirakan nama itu berasal dari tentar Mataram yang menyerang VOC pada 1628. Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Ditempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti
Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran,
pertama tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 2003, hampir seluruh kios-kios di pasar Tanah-abang hangus terbakar. Sisa bangunan yang masih berdiri tinggal Blok B, C dan D, sedangkan blok A sudah tidak layak pakai lagi langsung dirobohkan. Kemudian setahun kemudian menyusul Blok B, C, dan D yang pondasinya juga sudah tidak kuat lagi juga di robohkan. Ditempat inilah mulai didirikan Blok A yang selesai pada tahun 2005, dan Blok B yang selesai akhir tahun ini 2010. Pasar Blok A dan B ini sudah merupakan pasar modern yang menyerupai mal mal lain, full AC, parkir luas dan gedung bertingkat tinggi dengan mengedepankan faktor kenyamanan dan keamanan.

1. Peran masyarakat pada kawasan tanah abang sangat berperan aktif karena mempertahankan keaslian ciri khas Tanah Abang yaitu Pasarnya, walaupun sebagian masyarakat aslinya sudah mulai tergusur karena banyaknya pendatang yang ingin berjualan di Tanah Abang, mayoritas masyarakatnya beretnis Tiong Hoa, Arab, &
India. Berkat usaha masyarakat yang dahulu tanah abang masih belum terkenal sampai
sekarang Tanah Abang sebagai Pusat Bisnis Pakaian di Jakarta.

2. Perkembangan Pasar Tanah Abang sangat pesat dan sangat berkembang dalam banyak sisi yaitu:
-       Kebersihannya sekarang sudah terurus, dan sudah tersusun rapih.
-       Untuk alat transportasi sangat mendukung untuk menuju ke Tanah Abang sepertiKereta Api, Bus Kota, dan Angkutan umum. Yang tadinya Tanah Abang sebagai pusat kemacetan sekarang sudah dibangun Underpass. Adapun nama Kampung Bali disebut demikian karena dahulunya banyak orang-orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu Pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok suku-suku bangsa yang ada di Batavia. Masing-masing mendiami perkampungan khusus, sehingga kita mengenal adanya nama Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Cina, dan lain-lain. Adapun pengaruh dari Suku Bali di Batavia cukup banyak, diantaranya pengaruh terhadap bahasa Betawi (Jakarta). Sampai sekarang masih kita pergunakan sehari-hari, misalnya kata jihad, bianglala, lantas, menyungkun, iseng, ngebet dan lain-lain. Bahkan akhiran “in” misalnya "nungguin dan pegangin" adalah pengaruh bahasa Bali.
-       Usaha lain di samping dagang, penduduk Tanah Abang Kampung Bali membuat kerajinan tangan, seperti tas dan sepatu. Usaha mereka boleh dikatakan tumbuh dengan baik. Kesulitan para pengrajin itu ialah tempat yang tidak memenuhi syarat.
-       Seiring perkembangannya zaman, Pasar Tanah Abang pun menjadi Pasar Modern yang ada di daerah Jakarta Pusat.

BUDAYA MASYARAKAT PERKOTAAN


Masyarakat perkotaan atau bisa juga kita sebut Urban Community adalah suatu masyarakat yang mendiami perkotaan. Masyarakat perkotaan mempunyai cara kehidupan serta karakteristik yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan.
            
     Masyarakat perkotaan lebih cenderung memlih mengutamakan keamanan di bandingkan dengan masyarakat pedasaan yang lebih mengutamakan kenyamanan dan juga kebersamaan.


Ada beberapa ciri-ciri dari masyarakat perkotaan yaitu:
1.    Kehidupan beragamanya sangat kurang di bandingkan dengan masyarakat pedesaan. Biasanya masyarakat perkotaan melakukan hanya bertempat di rumah peribadatan saja.
2.    Jalan pikir rasional adalah jalan pikir masyarakat perkotaan di mana berbeda dengan masyarakt pedesaan yang mungkin masih memiliki kepercayaan pada yang ghaib.
3.    Interaksi yang terjadi diantara masyarakat perkotaan berbeda dengan pedesaan yang biasanya masyarakat perkotaan melakukan interaksi karena adanya factor kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan umum.
4.    Di perkotaan hubungan antara penduduknya sangat renggang atau bisa dibilang tidak terlalu peduli dengan sekitarnya sehingga jarang adanya komunikasi ataupun interaksi dengan lingkungan sekitarnya,
5.    Biasanya orang perkotaan lebih bias mengurus dirinya sendiri di bandingkan dengan masyarakat pedesaan.
Jadi itulah kebudayaan perkotaan atau keseharian masyarakt perkotaan yang membedakan mereka dengan masyarakat pedesaan