Fenomena Kehidupan Tanah
Abang
Kompleks Pasar Tanah Abang
merupakan salah satu objek sejarah di Ibukota. Mengutip buku 250 Tahun Pasar
Tanah Abang yang diterbitkan PD Pasar Jaya pada 1982, Tanah Abang tidak
terlepas dari sejarah Kota Jakarta. Memang sampai saat ini belum diketahui
secara pasti asal nama Tanah Abang, karena belum ada sumber sejarah tertulis mengenai
penemuan nama tersebut.
Nama Tanah Abang mulai
disebut-sebut pada pertengahan abad ke-17, sehingga banyak orang memperkirakan
nama itu berasal dari tentar Mataram yang menyerang VOC pada 1628. Pasar Tanah
Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Ditempat tersebut
mulai dibangun tempat-tempat seperti
Masjid Al Makmur dan
Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. Pada
tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat,
dan sudah mengalami dua kali kebakaran,
pertama tanggal 30 Desember
1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979.
Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang. Setelah
terjadi kebakaran pada tahun 2003, hampir seluruh kios-kios di pasar
Tanah-abang hangus terbakar. Sisa bangunan yang masih berdiri tinggal Blok B, C
dan D, sedangkan blok A sudah tidak layak pakai lagi langsung dirobohkan. Kemudian
setahun kemudian menyusul Blok B, C, dan D yang pondasinya juga sudah tidak
kuat lagi juga di robohkan. Ditempat inilah mulai didirikan Blok A yang selesai
pada tahun 2005, dan Blok B yang selesai akhir tahun ini 2010. Pasar Blok A dan
B ini sudah merupakan pasar modern yang menyerupai mal mal lain, full AC,
parkir luas dan gedung bertingkat tinggi dengan mengedepankan faktor kenyamanan
dan keamanan.
1. Peran masyarakat pada
kawasan tanah abang sangat berperan aktif karena mempertahankan keaslian ciri
khas Tanah Abang yaitu Pasarnya, walaupun sebagian masyarakat aslinya sudah
mulai tergusur karena banyaknya pendatang yang ingin berjualan di Tanah Abang,
mayoritas masyarakatnya beretnis Tiong Hoa, Arab, &
India. Berkat usaha
masyarakat yang dahulu tanah abang masih belum terkenal sampai
sekarang Tanah Abang
sebagai Pusat Bisnis Pakaian di Jakarta.
2. Perkembangan Pasar Tanah
Abang sangat pesat dan sangat berkembang dalam banyak sisi yaitu:
-
Kebersihannya
sekarang sudah terurus, dan sudah tersusun rapih.
-
Untuk
alat transportasi sangat mendukung untuk menuju ke Tanah Abang sepertiKereta
Api, Bus Kota, dan Angkutan umum. Yang tadinya Tanah Abang sebagai pusat kemacetan
sekarang sudah dibangun Underpass. Adapun nama Kampung Bali disebut demikian karena
dahulunya banyak orang-orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu
Pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok suku-suku
bangsa yang ada di Batavia. Masing-masing mendiami perkampungan khusus,
sehingga kita mengenal adanya nama Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu,
Kampung Ambon, Kampung Cina, dan lain-lain. Adapun pengaruh dari Suku Bali di
Batavia cukup banyak, diantaranya pengaruh terhadap bahasa Betawi (Jakarta).
Sampai sekarang masih kita pergunakan sehari-hari, misalnya kata jihad, bianglala,
lantas, menyungkun, iseng, ngebet dan lain-lain. Bahkan akhiran “in” misalnya
"nungguin dan pegangin" adalah pengaruh bahasa Bali.
-
Usaha
lain di samping dagang, penduduk Tanah Abang Kampung Bali membuat kerajinan
tangan, seperti tas dan sepatu. Usaha mereka boleh dikatakan tumbuh dengan
baik. Kesulitan para pengrajin itu ialah tempat yang tidak memenuhi syarat.
-
Seiring
perkembangannya zaman, Pasar Tanah Abang pun menjadi Pasar Modern yang ada di
daerah Jakarta Pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar